Mentoring yang Membagongkan

Udah hampir dua bulan ini ga nulis blog dan beberapa hari terakhir ini, gue bertemu dengan sebuah topik yang cukup menarik perhatian. Udah beberapa hari ini, di fyp Tiktok gue, muncul beberapa video yang menampilkan seorang tokoh yang membahas sesuatu yang menurut gue cukup menuai polemik di kalangan masyarakat kita. It is about poligami. Karena muncul cukup sering, akhirnya gue penasaran dan nonton cuplikan video tersebut then gue langsung meluncur ke Youtube untuk menonton video lengkapnya supaya ga hanya nerima informasi sepenggal-sepenggal dan siapa tau dapat sebuah pemahaman baru dari sudut pandang narasumber tersebut.

Saat nonton full videonya di Youtube, gue dengerin pendapat narasumbernya secara seksama tapi yang ada, gue malah ngelus dada dan pengen ngejambak narasumbernya karena pendapatnya yang sangat kontroversial. Di sini gue hanya mengkritisi pendapat narasumbernya tanpa membawa unsur-unsur sensitif lain dan ini pure pendapat gue jadi kalo memang tidak sesuai dengan pendapat kalian ya jangan diambil hati karena tiap orang punya pemikiran yang berbeda-beda ya.

Jadi video tersebut bercerita tentang "Mentoring Poligami" yang sedang marak muncul di media sosial dalam bentuk advertisement dan diwawancarailah salah satu mentor yang katanya "berhasil" melakukan praktek poligami. Narasumber tersebut adalah seorang laki-laki yang memiliki 4 istri dan membuka kelas mentoring poligami kepada laki-laki dan perempuan yang mau mengetahui lebih lanjut dan mengerti keindahan poligami itu sendiri. Ada beberapa statement dari narasumber ini yang menurut gue sangat membagongkan.

Pertama, reporter yang mewawancarai bertanya mengenai berapa perempuan yang sudah pernah dinikahi oleh narasumber. Beliau menjawab bahwa beliau pernah menikahi 6 perempuan, 4 istrinya yang sekarang dan 2 perempuan lain yang sudah dilepas atau diceraikan. Hal yang menarik perhatian gue adalah pada saat narasumber menjelaskan mengenai alasannya melepaskan 2 istri terdahulunya dan salah satunya adalah karena istrinya menopause sedangkan narasumber tersebut masih ingin mempunyai anak. Gue sebagai perempuan sungguh mengsedih dengan pernyataan beliau yang masih menganggap bahwa perempuan itu adalah robot penghasil anak dan jika ga bisa memberikan anak ya berarti ga ada gunanya. Hal ini juga masih banyak ditemui di kalangan masyarakat kita yang masih sering menyudutkan perempuan karena belum bisa memberikan keturunan. Gue malah mempertanyakan apakah hanya itu tujuan dari sebuah pernikahan?. Sungguh konservatif dan dangkal sekali pemikiran itu. Perempuan tidak dianggap sebagai makhluk yang memiliki perasaan dan tugasnya hanya mengikuti keinginan pasangannya. Kayaknya perjuangan Kartini dan tokoh perempuan lainnya cuma dianggap sebagai angin lalu dan tidak diindahkan.

Pernyataan kedua yang tak kalah membuat emosi adalah ketika narasumber berkata bahwa beliau menikah lagi (melakukan poligami) tanpa meminta izin dari istrinya dan beliau nyeletuk "emang istri saya kepala dinas?". Gue cuman ngebatin dan kasian sekali dengan para istrinya yang dianggap hanya seperti boneka tanpa diberikan kesempatan untuk berpendapat. Apakah Tuhan menciptakan perempuan hanya sebagai makhluk yang harus menuruti apa katamu dan apa maumu? tanpa pernah ditanya dan dimintai pendapat untuk membuat keputusan yang tentunya bisa berpengaruh kepada kedua belah pihak. Perilaku yang layaknya seperti zaman penjajahan yang melakukan sesuatu demi kesenangan pribadi tanpa melibatkan orang-orang sekitar yang juga terkena dampaknya.

Narasumber ini ditanya mengenai apakah beliau akan mengizinkan anak-anak perempuannya untuk di poligami oleh calon suaminya kelak dan jawabannya yang bikin greget adalah beliau sangat mendukung anak perempuannya untuk menjadi istri kedua, ketiga atau keempat. Kayaknya saking ingin mendukung dan menyebarluaskan "keindahan" poligami, beliau sampai rela mengatakan demikian. Selain itu, menurut gue, beliau juga menyimpulkan bahwa poligami itu gampang dilakukan. Laki-laki punya libido yang tinggi tapi takut berzinah jadi lebih baik poligami. Wow, sungguh mind blowing sekali, seakan-akan perempuan hanya dianggap sebagai tempat pelampiasan nafsu dari kaum adam.

Dengan semakin berkembangnya zaman, gue menyadari bahwa masih banyak juga pemikiran orang yang tidak ikut berkembang dan menyadari bahwa setiap manusia itu punya hak asasi yang sama satu lain baik laki-laki maupun perempuan. Sedih, kecewa, marah dengan pemikiran dan perilaku oknum-oknum seperti ini jelas dirasakan sebagai kaum hawa. Perempuan itu diciptakan Tuhan sebagai Penolong untuk laki-laki tapi bukan berarti derajatnya jauh lebih rendah dan kehilangan hak-hak asasinya ketika mereka menikah. Lebih baik menilik kembali tujuan menikah, jika hanya memperlakukan pasanganmu sebagai objek pelampiasan keinginan dan kepuasanmu, mending ga usah. Para perempuan itu disayangi, dibesarkan dan dijaga oleh orang tuanya untuk dihargai, dituntun dan diperlakukan dengan baik. Mereka adalah makhluk hidup yang memiliki perasaan dan pemikiran yang sama seperti laki-laki so libatkanlah mereka karena mereka pasanganmu bukan bonekamu.



Comments

Popular Posts