Marriage or Wedding?

Masih seputaran pernikahan, udah hampir sebulanan ini fyp Tiktok maupun explore Instagram gue pasti ada aja yang muncul mengenai cerita orang yang pengen cerai, public figure yang berantem sama pasangannya, orang yang kena KDRT dari suami atau pacarnya dan berita-berita lainnya seputar itu. Gue rada jarang buka akun gosip cuman mungkin karena lagi booming beritanya jadi masuk fyp atau explore. Karena umur gue juga yang udah kepala dua, pembahasan mengenai relationship bisa dibilang sebagai makanan sehari-hari di circle keluarga dan teman.

Tahun 2021 ini, beberapa temen gue ada yang memutuskan untuk melepas masa lajang. Of course semua prosesi pernikahan mereka dilakukan dengan protokol Covid-19 sesuai anjuran pemerintah. Rata-rata menggunakan RSVP karena tamu undangan yang sifatnya terbatas. As you guys know, pasti kalo ada undangan dipesenin gini, "jangan lupa bawa pasangannya" atau "nanti ajak cowokmu ya sama kenalin ke kita". Those are very common statements lah ya.

Waktu gue kuliah, pernah banget ketika ngerjain skripsi atau nongki bareng temen dan ngebahas mengenai pernikahan karena kita semua one day pengen nikah. Ada yang bilang "aku mau nikah umur 24, aku udah bilang sama pacarku." atau "aku mau nikah umur 25 supaya kalo punya anak ga ketuaan.". Mereka punya target masing-masing bahkan ada yang udah nge-plan nikahannya mau pake adat apa, prewed di mana, seserahannya apa aja, wedding gown designnya kaya apa, venue mau outdoor atau indoor dan masih banyak lagi.

Sebagai kaum yang ga mau nikah muda (menurut gue nikah di umur 24 atau 25 itu masih cukup muda), gue lebih banyak dengerin aja sih kecuali gue memang deep talk dengan satu atau dua teman mengenai pokok bahasan ini. Pada saat itu, beberapa temen gue lebih banyak bicarain mengenai prosesi pernikahannya seperti yang gue tulis di atas. Gue sempat berpikiran hal yang sama but as time goes by, pemikiran gue untuk melangkah ke jenjang yang serius berubah.

Ketika memang sudah serius, gue lebih memilih untuk menggali bahasan mengenai marriage-nya dulu nih. Setelah clear, baru bicara tentang wedding-nya dengan calon gue nanti. Mungkin ada bingung, emang bedanya marriage sama wedding apa?, kalo ditranslate ke bahasa Indonesia kan sama aja. Memang bener, kalo ditranslate ke bahasa Indonesia artinya sama, yaitu pernikahan but maknanya beda. Menurut gue, wedding lebih merujuk kepada prosesi acara yang akan kita jalankan menuju "sah" sebagai suami istri tapi kalo marriage adalah kehidupan yang akan kita jalani bersama pasangan setelah wedding itu selesai.

Sebagai seorang perempuan, apalagi yang hobi nonton Disney tentang princess-princess pasti berpikir kalo kita udah ketemu pasangan dan nikah, akan berakhir dengan happy ending. Pesta pernikahannya romantis, dekornya bagus, ada iring-iringan musik, dansa di tengah para handai tolan, sweet bangetlah ya pokoknya but realita tidak seindah itu pemirsa. Setelah pesta selesai, kehidupan kita tetap berjalan dan ga akan semuanya selalu bahagia. Apalagi ketika udah menikah, menyatukan 2 kepala itu ga gampang, belum lagi adaptasi dengan berbagai kebiasaan yang mungkin ga pernah kelihatan ketika pacaran.  Dari situlah gue berpikir, banyak hal yang harus diclearkan sebelum benar-benar memutuskan untuk melangkah maju ke tahapan kehidupan yang baru.

Setiap orang punya impian dan cita-cita sendiri untuk masalah weddingnya tapi menurut gue pribadi, itu ada di urutan prioritas nomer sekian bahkan sebagian orang di zaman milenial ini memilih untuk menikah secara sederhana yang penting sah di mata hukum dan agama. Gue menyadari daripada kita mengadakan pesta yang mewah, lebih baik duitnya dipake untuk sesuatu yang berguna dalam lingkup marriage kita . For example, lo bisa beli aset seperti rumah atau apartement supaya bisa hidup mandiri, dengan pasangan loh, beli kendaraan sendiri supaya kalo kemana-mana ga nyusahin orang and many things in life dengan kesepakatan berdua dengan pasangan.

Komunikasi adalah hal penting yang harus dijalin kedua belah pihak karena kalo komunikasi aja udah ga sepaham gimana untuk selanjutnya ya kan. Jadi better sebelum memang memutuskan masuk ke jenjang serius, dibutuhkan deep talk dengan pasangan untuk saling bertukar pikiran mengenai ekspektasi kita terhadap pernikahan, prinsip-prinsip dan visi misi kedepannya. Sebagai seorang perempuan, gue akan bertanya apakah gue boleh berkarir setelah nikah atau tidak, nanti kita berdua tinggal di mana, kamu pengen punya anak ga dan hal-hal basic dalam kehidupan setelah menikah. Masalah income juga perlu dibicarain loh, misal gue kerja dan doi kerja, income masing-masing berapa, siapa yang bayar listrik, siapa yang bayar air dan kebutuhan sehari-hari, perlu juga dibicarakan misalnya kalian tetap mau support orang tua masing-masing, berapa persen dari income yang mau kalian kasih ke orang tua. Duit itu masalah krusial, jadi lebih baik dibicarakan bersama supaya bisa saling paham dan tau situasi satu sama lain. In my point of view, it's really ok if you want to split the bill karena toh hidup dijalani berdua.

Then, masalah kelebihan dan kekurangan masing-masing, apakah sudah siap menerimanya karena nikah kan kalo bisa sekali seumur hidup (karena ga boleh ada perceraian for some religions). Inget, di setiap perjalanan pasti ada ups and downs, ga seindah cerita dongeng loh. Tanyakan pada diri lo, apakah lo sudah ready menjalani beberapa peran, iya peran sebagai anak dari orang tua loh, istri atau suami dari pasangan lo dan soon jadi ibu atau ayah bagi anak-anak lo kalo lo mau punya anak. Kalo mau nikah, mau test kesehatan dulu apa tidak. Setau gue ada beberapa pengecekan kesehatan yang dianjurkan ketika kita mau menikah baik untuk laki-laki dan perempuan. Kalo mau ngelakuin itu, ketika hasilnya keluar, bisa nerima semuanya apa engga. Tanyakan semua pertanyaan yang ingin lo tanyakan ke doi dan begitu juga sebaliknya. Setelah itu clear, barulah ngobrol masalah weddingnya. Kalo pun mau celebrate wedding, pastikan sesuai budget aja, jangan sampai berhutang kalo bisa. Biar kehidupan setelahnya jauh lebih aman dan ga ribet. Mau nikah dengan uang sendiri atau nikah dengan support orang tua, it's totally your choice. 

Conclusionnya, bicarain marriage-nya dulu. Kalo sudah sepakat baru ngobrol masalah wedding. Ada yang sependapat dengan gue?



Comments

Popular Posts