Childfree

Ketika kalian baca judul tulisan ini, pasti kalian udah pernah mendengar atau tahu mengenai keputusan salah satu influencer yang menuai pro dan kontra di tanah air. Keputusan influencer tersebut adalah childfree. Seperti dengan namanya, childfree itu adalah keputusan seseorang atau pasangan untuk tidak memiliki anak. Jelas dong, keputusan ini menuai pro dan kontra di Indonesia di mana notabene masyarakatnya masih menganut, "kalo ga punya anak nanti keluargamu ga bahagia.".
 
Kita semua taulah bahwa di negara ini, pertanyaan "kapan punya anak?" sudah menjadi bagian dalam basa-basi sehari-hari, yang sering ditanyakan kepada pasangan muda atau pasangan yang sudah lama menikah tapi tak kunjung mempunyai anak. Sebenarnya pertanyaan ini merupakan basa-basi yang sudah basi sih menurut gue, yang seharusnya TIDAK dipertanyakan. Tidak perlu dipertanyakan karena itu memang bukan urusan orang yang nanya. Ketika ada seseorang memutuskan untuk tidak punya anak maka orang-orang yang cenderung lebih tua akan melontarkan pertanyaan "nanti siapa yang jaga kamu kalo kamu udah tua? atau "siapa yang akan temani dan ngerawat kamu kalo kamu udah ga bisa apa-apa?" dan pertanyaan lainnya dengan tone kekhawatiran ataupun sindiran.
 
Gue personally menanggapi berita ini dengan biasa aja karena setiap manusia yang lahir ke dunia akan membuat banyak keputusan dalam hidupnya. Tentu, keputusan tersebut mempunyai konsekuensi entah itu baik atau buruk. Sama dengan punya anak, itu juga adalah sebuah keputusan. "Apakah keputusan untuk tidak punya anak itu buruk?" menurut gue engga, bahkan gue appreciate orang-orang yang memang memilih untuk tidak mempunyai anak. Gue menghargai keputusan mereka karena mereka menyadari bahwa anak adalah makhluk hidup yang harus diberi perhatian, kasih sayang dan tidak untuk disakiti dan ditelantarkan.

"Oh, berarti orang yang ga mau punya anak itu ga mau ribet ngurusin anak ya?" jawabannya adalah mungkin. Menurut gue, walaupun alasannya ga mau ribet berarti orang-orang tersebut tau bahwa mereka mungkin tidak mumpuni untuk mengurus anak jadi memang lebih baik tidak punya anak. Ada aja pasti yang bilang "Dasar egois" dan sebagainya tapi mending kayak gitu daripada punya anak tapi ga diurus dengan sepenuh hati. Hal penting yang perlu diketahui adalah mereka pasti punya pertimbangan masing-masing yang ga perlu dijelaskan ke khalayak ramai. 
 
Anak bukan satu-satunya alasan yang membuat suatu pasangan bahagia karena kebahagiaan itu mereka yang tentukan dan mungkin dengan tidak punya anak, mereka bahagia. Kita ga bisa menjudge seseorang itu bahagia dari kulit luarnya aja, dari seringnya mereka tersenyum atau tertawa karena yang tahu orang tersebut bahagia atau tidak, ya orang itu sendiri. Tidak berarti ketika kita punya anak, kita pasti selalu bahagia dan orang yang tidak punya anak pasti selalu tidak bahagia. Kalo kita melihat berita-berita di televisi atau online, kenyataannya ada banyak bayi yang dibuang. Kita tahu di dunia ini ada banyak panti asuhan yang merawat anak-anak yang ditelantarkan. Dari dua hal ini kita belajar bahwa anak bisa jadi salah satu alasan suatu pasangan bahagia tapi bukan menjadi satu-satunya alasan yang menentukan kebahagiaan mereka.

Ada juga yang bilang bahwa ga punya anak maka ga akan ada yang menjamin hidup kita ketika kita sudah tua karena tidak ada yang merawat, mengurus dan menyayangi kita. Gue personally kurang setuju dengan hal ini. Ada sebuah statement yang gue sukai dari salah satu public figure, dia bilang "...., my children are not my retirement fund.". Ketika gue mendengar statement ini gue berpikir, bener juga ya karena yang buat keputusan untuk punya anak kan kita dan mereka tidak pernah memilih untuk lahir karena basically mereka ga bisa milih untuk lahir dan ga bisa milih siapa bapak, ibu dan keluarganya. Jadi ketika kita memutuskan untuk punya anak berarti kita harus siap sedia dengan konsekuensi untuk merawat, membesarkan, menyayangi, memperhatikan bahkan dikecewakan oleh mereka. Karena kita yang mau mereka hadir berarti anak itu seharusnya tidak punya tanggungjawab untuk menjadi "dana pensiun" kita kelak. You still need to survive for yourself.

Balik lagi bahwa anak adalah makhluk hidup yang lahir bukan untuk disakiti dan ditelantarkan. Karena mereka precious diperlukan komitmen dari kedua belah pihak baik laki-laki dan perempuan yang menginginkan mereka sehingga perlu dikomunikasikan. Gue pernah nulis ini di salah satu postingan di blog ini bahwa ketika kita ingin menikah, kita harus melakukan banyak deep talk dulu dengan pasangan untuk membicarakan kehidupan marriage kita di depan sehingga kita bisa tahu ekspektasi dari kedua belah pihak dan mengusahakannya. Salah satunya adalah apakah kalian ingin punya anak atau tidak. Ini diperlukan karena komitmen untuk benar-benar memberikan yang terbaik ketika anak tersebut lahir itu ga gampang dan ga sebentar. Kalo dikaitan dengan agama, hal ini juga akan menjadi pertanggungjawaban kalian ketika kalian kembali ke rumah Tuhan so perlu dipikirkan matang-matang dan disepakati bersama sehingga tidak ada yang keberatan.

Jadi mau punya anak atau tidak, itu kembali kepada keputusan masing-masing orang atau pasangan. Ga usah mendengarkan kata orang yang mungkin memberikan judgement negatif ketika keputusan kalian tidak sejalan dengan pikiran mereka karena kebahagiaan kalian, kalian yang tentukan.

Comments

Post a Comment

Popular Posts