Perfectly Imperfect

Body shaming masih menjadi topik yang hangat di dalam dunia nyata dan dunia maya. Penampilan seseorang masih sering menjadi salah faktor utama dalam penilaian masyarakat. Tak jarang ketika bertemu dengan teman sejawat ataupun orang yang lebih tua dan lebih muda, pertanyaan mengenai tubuh seseorang sering dijadikan basa-basi, bahan candaan, atau juga hinaan. Salah satu yang gue highlight adalah bentuk tubuh. Tak jarang, kata "gendut" atau "kurus" menjadi pokok bahasan ketika kita bertemu dengan orang lain makanya suka muncul pertanyaan "kok kamu gendutan sih?", "kok kamu kurus banget sih?".

Dalam kehidupan sehari-hari mungkin yang lebih sering dibicarakan adalah orang-orang yang memiliki badan berisi. Judgement yang muncul juga bermacam-macam, salah satu contohnya adalah orang-orang tersebut dicap sebagai orang yang pemalas. Malas diet, malas gerak, malas merawat diri, malas olahraga, malas jaga makan, padahal yang ngomong juga mungkin ga ngelakuin itu dan yang ngomong juga seharusnya tau bahwa penyebab orang tersebut bisa kayak gitu juga bermacam-macam.

Kalau tadi yang badannya berisi, yang punya badan kurus juga tak lewat dari pembicaraan. Suka dibilang sok-sok diet, berusaha memenuhi standar kecantikan, kurang gizi dan lain-lain. Sering muncul pertanyaan, "tips dietnya apa?", "kamu ga makan makanan yang bergizi ya?", "enak ya ga gemuk-gemuk". Sebagai pemilik badan kurus, gue pernah bahkan sering mendapatkan pertanyaan dan pernyataan tersebut. Gue sendiri bingung mau jawab apa karena ya badan gue memang kayak gini-gini aja.

Gue memang terlahir dengan badan yang kurus. Sekarang aja tinggi badan gue 165 centimeter dan berat badan gue hanya 43 kilogram, masih kurang minimal 12 kilogram lagi supaya bisa dibilang "proposional" atau ga kurang gizi. Dari gue kecil, nyokap bokap udah cukup concern dengan badan gue. Udah minum suplemen untuk meningkatkan nafsu makan dari zaman bocah, minum susu ini itu dari yang harganya relatif murah sampe yang selangit sudah pernah gue rasakan dengan alih-alih bisa menggemukan badan. Puji Tuhan sampe sekarang badan gue begini-begini aja. Berat badan paling tinggi yang pernah gue rasakan adalah 45 kilogram pada saat awal-awal kuliah di Jogja, setelah itu hanya stuck di angka 42-43 kilogram.

Honestly, penderitaan pemilik badan kurus dan gendut itu sama cuman berkebalikan. Kalo yang gemuk susah untuk nurunin berat badan, yang kurus juga susah untuk naikin berat badan. Kalo yang gemuk, makan dikit aja berat badannya udah naik, kalo yang kurus, skip sarapan atau dinner aja bisa turun berat badan. Orang gendut berusaha diet mati-matian, ga makan demi bisa proposional, orang kurus berusaha makan setiap saat dan sebanyak-banyaknya demi bisa proposional, jadi sebenarnya sama aja kok, sama-sama berusaha keras mencapai goal yang diinginkan.

Setiap usaha tak semua berbuah manis. Banyak kegagalan, keputusasaan, stress, depresi pernah dirasakan untuk setiap proses yang dijalani but there is one thing we should know. It's ok ketika lo mau merubah diri lo tapi pastikan tujuan dari apa yang lo lakukan adalah become a better version of you bukan untuk memenuhi what people want you to be. Dulu, gue pernah berusaha banget untuk naikin berat badan dengan makan yang banyak, nyemil setiap setelah makan tapi hasilnya nihil. Berat badan gue ga naik-naik, yang ada stress sendiri yang berujung pada berat badan yang malah berkurang. Semakin bertambahnya usia, gue menyadari tujuan gue melakukan itu salah. I did it not because  I wanted to do it that but I did it because people want me to do it. Sampe pada titik, gue menyadari bahwa it's ok kamu kurus tapi kamu sehat, mandiri dan berguna bagi banyak orang.

Manusia memang makhluk istimewa yang diciptakan oleh Tuhan tapi mereka adalah makhluk yang tidak sempurna. Tidak sempurna berarti punya kekurangan. Di balik kekurangan pasti ada kelebihan yang bisa lo kembangkan untuk membuat lo jadi makin percaya diri. Mulailah dengan terima diri apa adanya kemudian mulai sadari bahwa kamu itu berharga. I know bahwa semuanya butuh proses. Namanya juga proses pasti banyakan ga enaknya tapi di balik setiap proses pasti ada suatu pelajaran yang bisa dipetik. Insecure dengan apa yang ada di diri kita itu wajar karena dengan insecure kita bisa belajar mengimprove diri kita dan belajar menjadi manusia yang kuat dengan badai yang akan selalu ada dalam hidup. Mau gendut, mau kurus, mau proposional pasti punya porsi masalah sendiri-sendiri dalam hidup yang mungkin ga kita ketahui sebagai orang awam. Jadi ubahlah mindset menjadi lebih positif. Menutup tulisan ini dengan quote yang berkata "Perfection Is Found in Accepting Your Imperfections".

Comments

Popular Posts