Balada Vaksinasi

Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah masuk dalam tahun kedua. Keadaan di mana semua aktivitas bisa dibilang terbatas dan banyak protokol kesehatan yang harus diikuti demi keamanan dan kenyamanan diri sendiri dan orang terkasih. Perkembangan virus yang sangat fluktuatif membuat semua orang mau tidak mau harus bisa beradaptasi dengan situasi zaman now. Sampai detik ini pun, varian dari Covid-19 yang bermacam-macam membuat banyak orang was-was dan membuat beberapa daerah menjadi kota mati karena sudah masuk dalam zona hitam. 
 
Pemerintah selalu update mengenai perkembangan kondisi terkini dan selalu mengingatkan warga untuk mengurangi mobilitas serta memperketat protokol kesehatan. Berbagai varian vaksin sudah mulai didistribusikan ke berbagai wilayah di Indonesia demi memberikan sedikit perlindungan bagi warga negara. Mulai dari lansia sampai dewasa muda berusia 18 tahun ke atas berangsur-angsur menerima vaksinasi. 

Hari Sabtu tanggal 26 Juni 2021, gue bersama sepupu gue akhirnya divaksinasi. Di rumah gue ada 6 anggota keluarga dan 4 di antaranya sudah divaksinasi terlebih dahulu jadi sisa kami berdua yang belum divaksinasi. Orang-orang di rumah juga udah mulai ngomel karena kami berdua belum kedapetan vaksinasi. Setelah bergerilya mencari info, tanya sana sini, akhirnya didaftarin sama nyokap di salah satu tempat untuk bisa ikut menerima vaksin.  Iya, nyokap gue yang lebih sigap dan up to date masalah Covid-19 dan vaksinasi. Pas banget di hari Sabtu itu sedang ada agenda untuk satu juta vaksin di kota, tempat gue tinggal dan dibukalah vaksinasi di beberapa tempat strategis dengan target yang berbeda-beda. Vaksinasi untuk 18 tahun ke atas masih tergolong sulit jadi bagi kalian yang belum kedapetan bisa cari info di Puskesmas-puskesmas supaya bisa segera mendapatkan vaksinasi.

Waktu itu, vaksinasi dijadwalkan pukul 08.00 WIB. Gue dan sepupu gue sampe di tempat sekitar 07.50 dan langsung di suruh duduk menunggu antrian. Untuk satu kloter vaksinasi berisi 15 orang. Kebetulan karena dateng pagi, kami dapat kloter kedua. Ketika dipanggil, ada petugas yang mengecek kupon antriannya, kemudian ada pemeriksaan suhu dan diberikan hand sanitizer.  Setelah itu, kami naik ke lantai dua untuk proses registrasi. Pada ruangan registrasi terdapat 6 meja registrasi yang terdiri dari 6 Puskesmas yang berbeda. Gue sama sepupu gue terpisah pada saat registrasi jadi kami divaksinasi oleh Puskesmas yang berbeda sehingga untuk vaksinasi kedua, kami bisa langsung menuju Puskesmas terkait di tanggal yang sudah ditentukan. Proses registrasi hanya mengisi data diri dan menunjukkan KTP serta kartu keluarga yang sudah menjadi syarat vaksinasi. Karena sepupu gue KTP-nya bukan KTP kota Palembang, dia  menyertakan surat domisili yang diminta ke ketua RT sebagai lampiran pendukung. 

Setelah proses registrasi selesai, kami masuk ke ruangan selanjutnya dan menuju meja Puskesmas yang dijelaskan pada saat registrasi. Dilakukan kembali pengecekan suhu, ukur tensi darah dan ditanya beberapa pertanyaan mengenai riwayat kesehatan. Proses ini disebut screening. Setelah proses screening selesai, kami diminta untuk duduk di samping meja screening dan dilakukan vaksinasi. Setelah vaksinasi, kita diminta duduk di kursi yang disediakan untuk proses observasi selama 15 menit. Tujuannya adalah untuk melihat reaksi vaksin yang masuk ke dalam tubuh kita. 15 menit selesai, nama kita akan dipanggil lagi, ditanya mengenai apa yang dirasakan setelah vaksinasi dan dijelaskan mengenai informasi vaksinasi kedua dan diberikan kartu vaksinasi.

Vaksin yang digunakan adalah Sinovac. Setelah vaksinasi, yang gue rasakan hanya pegel-pegel aja di bagian tangan, pundak dan leher. Hari-hari setelahnya, udah mulai membaik. Gue banyakin istirahat dan mengurangi aktivitas berat aja supaya badan bisa lebih leluasa untuk beradaptasi dengan vaksin yang masuk ke dalam tubuh. Symptom after vaksin dari Sinovac memang lebih ringan daripada jenis vaksin lainnya. Masing-masing symptom after vaksinasi di tiap orang juga berbeda-beda jadi ikuti aja saran dari para nakes setelah selesai proses vaksinasi.

Apakah setelah vaksinasi kita aman dari Covid-19? tentu tak segampang itu ferguso. Banyak kasus orang yang terpapar Covid-19 adalah orang yang sudah divaksinasi jadi mau divaksinasi atau belum divaksinasi tetap aja butuh kesadaran untuk tetap menjaga diri. Kalo abis divaksinasi masih tetep bisa kena Covid-19, vaksinnya useless dong? Vaksin bertugas membentuk kekebalan tubuh tapi bukan abracadabra langsung jadi, tetap butuh waktu untuk bisa membentuk kekebalan tubuh dan melawan virus yang masuk ke dalam tubuh manusia. Kalaupun tetap terpapar, sakit dan gejala yang dialami bisa lebih ringan daripada orang yang belum divaksin sebelumnya jadi stop berpikir bahwa vaksinasi itu hanya buang-buang waktu kalian.

Terkadang gue pribadi masih bingung dan ga habis pikir dengan orang-orang yang belum mau divaksin karena takut ngerasain symptom after vaksinnya, karena takut ga halal, karena mau milih jenis vaksinnya sendiri, karena males antrinya, karena merasa Covid-19 itu ga real, dan alasan-alasan lainnya. Rasanya greget banget kalo ada manusia-manusia kayak gini. Vaksinasi itu sama aja kayak bayi yang diimunisasi yang kadang membuat bayinya demam atau rewel setelahnya jadi kalo bereaksi ya wajar banget. Menurut gue pribadi, vaksin yang diberikan kepada masyarakat pasti sudah diteliti dan ditelaah dulu oleh pemerintah jadi ga sembarangan dikasih. Pemerintah juga udah hafal dan paham betul dengan keadaan kita yang mayoritas adalah penduduk Muslim sehingga halal atau tidaknya pasti sudah menjadi acuan utama sebelum vaksinnya masuk ke Indonesia dan didistribusikan ke masyarakat. 

Buat kalian yang masih mau pilih-pilih vaksin, gue cuma mau bilang bahwa vaksin terbaik bagi diri lo adalah vaksin yang bisa lo dapatkan sesegera mungkin. Kita bukan mau belanja di supermarket terus pilih-pilih mau beli barang yang mana. Buat kalian yang males ngantri, jangan egois. Lo ngantri buat jajan dan belanja di mall atau ngantri beli tiket bioskop aja bisa tapi ngantri vaksin ga mau. Suka aneh-aneh manusia zaman sekarang. Kalo Covid-19 ini ga real, ga bakal ada lockdown di beberapa daerah, ga bakal ada cerita rumah sakit yang nolak pasien karena saking penuhnya, wisma atlet ga akan berubah fungsi jadi tempat karantina, ga ada pemakaman yang khusus untuk orang terpapar Covid-19. Apakah kalian perlu ngerasain dan terpapar dulu baru sadar bahwa Covid-19 is real?

Vaksinasi itu bentuk usaha kita sebagai umat manusia untuk melawan Covid-19 kalopun masih tetep terpapar padahal sudah divaksinasi dan menjalankan protokol kesehatan artinya itu sudah takdir dari Tuhan dan tetep harus dijalani dengan positif thinking.". Kalo memang sudah terpapar karena ga vaksin, menurut gue jangan salahin sana sini, apalagi nyalahin rumah sakit, tenaga medis dan pemerintah karena mereka sudah berusaha semampu mereka untuk menurunkan angka kematian dan pasien terpapar corona, tinggal kita sebagai warga negara yang ngikutin apa yang sudah mereka usahakan. Lagian vaksinasi ini gratis, cuman butuh bawa KTP dan kartu keluarga terus persiapkan tenaga untuk ngantri dan mental untuk disuntik vaksin tapi masih aja banyak yang ngeyel.

Yuk, buka pikiran kita. Di saat ini, kita harusnya bisa sama-sama saling mendukung satu sama lain. Para garda depan pasti sudah berusaha yang terbaik, yang mereka bisa untuk menyelamatkan banyak jiwa, tinggal kita yang harus lebih bijaksana dalam menghadapi kondisi ini. Beruntunglah kalian yang sekarang lagi bosen banget karena work from home, ga bisa kemana-mana atau udah berbulan-bulan di rumah aja daripada bosen dan capek ngeladenin pasien non stop seperti tenaga medis di rumah sakit dan berbagai pusat kesehatan lainnya atau bosen dan lelah harus ngegali tanah sebagai tempat pemakaman bagi pasien-pasien yang terpapar Covid-19 yang tiap hari semakin bertambah. Mereka juga sama loh, manusia biasa yang pengen bisa dekat dengan keluarganya, di rumah aja tapi karena tuntutan pekerjaan dan situasi, mereka harus tetap bertarung setiap hari. Pepatah bilang "lebih baik mencegah daripada mengobati.". Jadi bijaklah untuk dirimu dan orang-orang disekitarmu.



Comments

Popular Posts